Senin, 27 Juli 2009

Muslim Jadi Korban Kerusuhan Di China

Muslim Jadi Korban Kerusuhan Di China, 156 Tewas dan 800 Luka-luka

Diposting pada Selasa, 07-07-2009 | 16:54:43 WIB

Xinjiang, wilayah China yang mayoritas penduduknya Muslim diisolasi oleh aparat keamanan Negeri Tirai Bambu menyusul aksi massa yang berakhir dengan bentrokan dengan aparat hari Ahad (5/7) kemarin. Akibat bentrokan itu, kabar terakhir menyebutkan 156 orang tewas sementara 800 orang luka-luka.

Suasana kota Urumqi berangsur tenang setelah 20.000 polisi, pasukan militer, dan petugas pemadam kebakaran dikerahkan untuk membubarkan massa yang berkumpul di jalan-jalan.

Laporan kantor berita Xinhua yang dikutip Reuters, Selasa (7/7/2009), menyebutkan jumlah yang ditangkap mencapai 1.434 orang. Lebih dari 700 orang ditangkap karena dituduh berperan dalam kekerasan itu, kata kantor berita resmi Xinhua, namun penduduk setempat mengatakan kepada Reuters bahwa polsi melakukan operasi membabi-buta di daerah-daerah Uighur.

Lebih dari 20.000 polisi khusus dan bersenjata, pasukan dan pemadam kebakaran dikerahkan dalam penumpasan kekerasan di Urumqi, namun meski pengamanan diperketat, kerusuhan tampaknya meluas di wilayah bergolak itu.

Sekitar 200 orang yang "berusaha berkumpul" di masjid Id Kah di pusat kota Silk Road Kashgar dibubarkan oleh polisi pada Senin petang, kata Xinhua.

Sejumlah organisasi advokasi Muslim Uighur yang menjadi penduduk mayoritas di Xinjiang mengatakan bahwa aksi protes itu dipicu oleh kebijakan yang diskriminatif serta kontrol terhadap budaya dan agama yang dilakukan pemerintah Cina. Menurut Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Muslim Uighur yang berbasis di Jerman, ribuan pengunjuk rasa itu meminta penjelasan dan mendesak pemerintah pusat untuk menghentikan diskriminasi etnis.

"Kemarahan ini sudah berlangsung sejak lama," kata Raxit. Tapi tuntutan Muslim Uighur tidak pernah digubris oleh pemerintah Cina. Muslim Uighur yang jumlahnya lebih dari 8 juta orang di Xinjiang malah sering menjadi sasaran penangkapan aparat Cina.

Sementara, pemerintah Beijing mengatakan bahwa kerusuhan itu, yang paling buruk di kawasan tersebut dalam beberapa tahun ini, merupakan pekerjaan dari kelompok-kelompok separatis di luar negeri, yang ingin menciptakan wilayah merdeka bagi minoritas muslim Uighur.

Kelompok-kelompok itu membantah mengatur kekerasan tersebut dan mengatakan, kerusuhan itu merupakan hasil dari amarah yang menumpuk terhadap kebijakan pemerintah dan dominasi ekonomi China Han.

Sedangkan Direktur Pemantau Hak Asasi Manusia Asia, Sophie Richardson, menuntut dilakukannya penyelidikan independen terkait kerusuhan berdarah itu.

"Siapa pun yang memulai kekerasan harus ditindak tegas," katanya.

Bentrokan hebat terjadi antara 3.000 warga minoritas Muslim Uighur dan kepolisian China di Urumqi, Xinjiang, pada Minggu malam waktu setempat.

Saksi mata menyebut kerusuhan terjadi ketika polisi China berupaya membubarkan aksi unjuk rasa damai warga Uighur, yang meminta digelarnya investigasi atas kematian 2 warga Uighur ketika terjadi bentrok dengan para pekerja dari etnis Han di pabrik mainan di Provinsi Guangdong, China Selatan, bulan lalu. (bbs)


sumber:

http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/3612

Tidak ada komentar: